Rabies virus, anggota genus Lyssavirus, menyerang sistem saraf pusat mamalia, termasuk manusia, menyebabkan penyakit rabies yang sangat mematikan. Virus ini umumnya ditularkan melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, di mana air liur yang mengandung virus masuk ke luka.
Setelah masuk ke tubuh, Rabies virus akan bereplikasi di jaringan otot di sekitar lokasi gigitan. Kemudian, virus bergerak melalui saraf perifer menuju sistem saraf pusat, termasuk otak. Kecepatan pergerakan virus bergantung pada lokasi gigitan dan jumlah virus yang masuk.
Ketika mencapai otak, Rabies virus menyebabkan peradangan parah (ensefalitis). Peradangan ini mengganggu fungsi normal otak, yang menyebabkan berbagai gejala neurologis yang khas dari penyakit rabies. Gejala awal mungkin mirip flu, seperti demam, sakit kepala, dan lemas.
Seiring perkembangan penyakit, gejala yang lebih spesifik muncul, termasuk perubahan perilaku (agresif atau justru apatis), hiperaktivitas, kebingungan, halusinasi, produksi air liur berlebihan (hipersalivasi atau “berbusa”), dan kesulitan menelan (disfagia).
Salah satu gejala klasik rabies adalah hidrofobia, yaitu ketakutan ekstrem terhadap air. Hal ini terjadi karena spasme otot tenggorokan yang menyakitkan saat mencoba menelan cairan. Aerofobia, ketakutan terhadap hembusan udara, juga sering terjadi.
Setelah gejala klinis rabies yang mengerikan muncul, penyakit ini hampir selalu berujung pada kematian yang tragis. Oleh karena itu, tindakan pencegahan pasca pajanan (post-exposure prophylaxis – PEP) menjadi krusial dan harus segera dilakukan jika terjadi kontak dengan hewan yang dicurigai terinfeksi rabies. PEP meliputi langkah-langkah penting seperti pencucian luka yang menyeluruh dengan sabun dan air mengalir selama minimal 10-15 menit, diikuti dengan pemberian vaksin rabies dan rabies immunoglobulin (RIG) sesuai indikasi medis.
Pencegahan rabies secara umum melibatkan vaksinasi rutin pada hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan musang, menghindari interaksi yang tidak perlu dengan hewan liar yang berpotensi membawa virus, serta mencari pertolongan medis tanpa menunda-nunda jika mengalami gigitan atau cakaran dari hewan yang dicurigai rabies. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya Rabies virus dan pentingnya tindakan pencegahan yang tepat adalah kunci utama dalam melindungi diri sendiri, keluarga, dan komunitas dari ancaman penyakit yang mematikan ini.